200 juta rupiah dihabiskan untuk membiayai Braga Festival 2007 kali ini dengan harapan dapat meningkatkan kuantitas wisatawan ke Jawa Barat dan bandung sebagai titik pusat kegiatan kepariwisataannya. Dana itu belum dihitung dengan dana sponsor pada even tersebut. Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat dijadikan pusat kegiatan promosi aset pariwisata Jawa Barat. Hal ini guna mendukung upaya pemerintah pusat dalam meningkatkan devisa negara dari pariwisata daerah melalui Visit Indonesia Year (VIY) 2008, khususnya di daerah Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung bekerjasama dengan sebuah event organizer yang dikelola oleh putri Gubernur Jabar, Winny Citra Dewi Utami, menggelar Braga Festival 2007 di Jalan Braga, Bandung, Sabtu sore kemarin (29/12). Kegiatan pariwisata Jawa Barat itu digelar dalam bentuk festival yang bertujuan menampilkan potensi pariwisata daerah Jawa Barat yang diunggulkan guna meningkatkan pendapatan daerah dari bidang pariwisata.
Braga Festival 2007 dibuka secara langsung oleh Danny Setiawan (Gubernur Prov. Jabar), yang dihadiri oleh HM Roeslan (Ketua DPRD Provinsi Jabar), Lex Laksamana (Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat), Budhiana (Kadisbudpar Provinsi Jabar), Dada Rosada (Walikota Bandung), Saini KM (Budayawan), serta tokoh masyarakat Bandung. Danny Setiawan dalam sambutan sekaligus pembukaan kegiatan Braga Festival 2007 mengatakan, bahwa kegiatan tersebut dalam rangka mendukung program “Visit West Java 2008” pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. Kekayaan seni budaya dan daerah serta aset wisata Jawa Barat lainnya perlu ditingkatkan penataan, promosi, dan kegiatannya. Daerah Bandung dan sekitarnya menjadi target peningkatan jumlah wisatawan. Jalan Braga, misalnya, memiliki kekayaan sejarah arsitektur dan budaya. Oleh sebab itu, kawasan Braga dapat dijadikan sarana komersial tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarahnya. Jalan Braga sebagai jantungnya kota Bandung sekaligus Jawa barat dalam bidang kepariwisataan. Itu bermanfaat dalam upaya pemerintah daerah Jawa Barat dalam membantu upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Jawa Barat.
Acara seremonial dibuka oleh Danny Setiawan dan Dada Rosada dengan memukul dog-dog secara bersamaan, kemudian pelepasan pawai kelompok marching band kota Bandung diiringi pawai sepedah ontel dari Paguyuban Sapadah Baheula yang mengenakan kostum gaya Demang, Bupati pasundan pada jaman Kolonial, juga pawai motor besar tua.
Sementara Budhiana dalam kaitannya dengan kegiatan Braga Festival 2007 menyatakan kepada wartawan, bahwa Braga Festival 2007 ini adalah kemasan kilas balik kepariwisataan di Jawa Barat. Selain itu Budhiana juga mengakui bahwa kegiatan festival ini memang kurang maksimal. “Persiapan festival ini kurang mantap, dan pendek waktunya sehingga kemasan acara kurang penataan. Padahal dalam kegiatan ini diharapkan setiap daerah mengirimkan wakil daerah masing-masing tentang prestasi pariwisatanya,” kata Budhiana. “Dan bandung menjadi fokus pertama pariwisata Jawa Barat pada tahun 2008,” tambahnya.
“Secondline-nya adalah daerah Bogor, kemudian Cirebon, dan Merak. Mengapa Bandung, karena karena sarana dan infrastrukturnya lebih baik. Bogor menjadi pilihan kedua karena aksesibilitasnya lebih baik ketimbang daerah Cirebon. Jadi, jangan iri atau jealous mengapa Bandung menjadi fokus utama pariwisata Jawa Barat,” lanjut Budhiana kepada wartawan. Sementara untuk mendukung peningkatan program kepariwisataan itu, aspek keamanan di Bandung menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah dan kota Bandung, sehingga hambatan pelaksanaan program kepariwisataan 2008 dapat diselesaikan.
Hal lain juga dikemukakan oleh Budhiana perihal situs-situs wisata sejarah seperti Gedung Indonesia Menggugat, serta situs Gua Pawon di daerah Padalarang, Kabupaten Bandung. Mengapa situs wisata sejarah terkesan terbengkalai, Budhiana menyatakan bahwa sesuai dengan UU No. 2 tahun 1992, situs sejarah berskala nasional adalah tanggungjawab pemerintah pusat. “Kami di daerah tidak punya keleluasaan untuk memaksimalkan pemeliharaan situs sejarah berskala nasional itu. Oleh karena itu kami sedang mengidentifikasi masalah tersebut dan akan mengadakan evaluasi kegiatan di sana,” tukas Budhiana.
Braga Festival 2007 yang berlangsung mulai tanggal 29 - 31 Desember 2007 diisi dengan stand-stand pameran produk wisata kuliner, wisata belanja pakaian (clothing), wisata musik, seni rupa, fotografi, serta wisata seni budaya baik yang tradisi seperti Topeng Rehe hingga yang kontemporer seperti modern dance. Namun sangat disayangkan banyak kalangan menilai kegiatan festival itu sebagai kegiatan kedinasan yang sudah tentu bertujuan untuk menghabiskan anggaran tahunan Pemda Jabar. Pengunjung ke arena festival tidak begitu banyak, serta stand-stand pameran tidak memiliki pilihan greget atau ciri khas Bandung yang kuat, jauh dari karakter Braga yang syarat dengan nilai sejarah dan seni budayanya. Braga Festival 2007 itu tidak memiliki karakter festival yang umumnya ditemui masyarakat, festival di jalan Braga itu tidak disemarakan dengan pilihan-pilihan kegiatan yang kuat dan berkualitas dengan bercirikan Bandung atau Jawa Barat.
Kesan biasa terhadap kegiatan festival di jalan Braga itu terlihat dari animo pengunjung yang kurang bergairah. Kesan ini muncul dari opini pengunjung dengan membandingkan Braga Festival pada tahun 2005. Namun demikian, banyak juga masyarakat yang melintas di simpang jalan Braga-Naripan berhenti sejenak ke arena Braga Festival melihat mobile stage dari radio swasta di Bandung dan tenda-tenda carnavil yang diisi oleh stand-stand wisata juga stand dinas pariwisata Jawa Barat. (Argus Firmansah/Kontributor Bandung)
Sunday, 30 December 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)