Sunday, 4 November 2007

Situ Gunung, Hadiah Mbah Jalun

Pemandangannya Indah dan Hutannya Alami


SUKABUMI memiliki banyak objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Mulai dari pantai hingga pegunungan. Palabuhanratu, salah satu objek yang boleh dikatakan tak asing lagi bagi wisatawan domestik maupun luar negeri. Namun, masih banyak pilihan lain yang lebih menarik bahkan menantang, terutama bagi kawula muda. Salah satu objek wisata yang tak kalah banyak dikunjungi wisatawan adalah Situ Gunung.

Situs wisata Situ Gunung berada di Desa Gedepangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Lokasinya hanya berjarak sekitar 15 km dari Kota Sukabumi. Situ Gunung memiliki daya tarik yang khas selain keasrian dan kealamian ekosistem alamnya. Pemandangan hutan yang menghijau dan kesejukan udaranya menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung. Di sana terdapat danau legenda yang dinamakan Situ Gunung serta air terjun alami yang dikenal dengan nama Curug Sawer dan Curug Cimanaracun.

Selain merupakan wisata alam, Situ Gunung juga memiliki potensi wisata budaya. Ada legenda yang cukup menarik untuk diketahui, yaitu legenda danau buatan Situ Gunung.

Konon, dari keterangan Ibu Iece Mariati (nama Belandanya Helma Victoar), putri Dr. Max Bartels (pengelola pertama kawasan Situ Gunung), danau Situ Gunung bukanlah danau alami. Pada akhir abad 18 adalah Rangga Jagad Syahdana, lebih dikenal dengan nama Mbah Jalun, seorang buronan pemerintah Kolonial Belanda. Mbah Jalun dianggap penentang pemerintah kolonial di tanah Jawa.Ia dicari oleh pemerintah kolonial dari daerah Jawa Tengah, karena Mbah Jalun merupakan keturunan raja-raja Mataram.

Mbah Jalun lari dari Jawa Tengah menuju ke barat hingga sampailah ke daerah Gunung Gede Pangrango, Sukabumi sekitar tahun 1811. Untuk menghindari pengejaran pemerintah kolonial, Mbah Jalun menembus hutan rimba di Gunung Gede Pangrango. Rencananya ia hendak melarikan diri ke daerah Banten. Di dalam persembunyiannya, Mbah Jalun beserta keluarga dan pengikutnya bersembunyi di kaki Gunung Masigit. Dalam pelariannya, Mbah Jalun menikahi seorang wanita dari daerah Kuningan, Jawa Barat.

Pada 1914 lahirlah putra Mbah Jalun yang diberi nama Rangga Jaka Lulunta yang artinya seorang anak laki-laki yang lahir dalam perjalanan. Nama putra pertamanya itu merupakan simbol Mbah Jalun yang terus melakukan perjalanan guna menghindari penangkapan pemerintah kolonial.

Mbah Jalun begitu sayang kepada Rangga sehingga ia ingin memberikan hadiah kepada putra pertamanya itu. Ketika istrinya pergi ke Desa Pasir Tugu, Mbah Jalun menggali tanah di kaki Gunung Masigit. Dengan kekuatan supranatural yang dimiliki, dalam waktu 7 hari 6 malam Mbah Jalun terus menggali hingga terbentuklah sebuah danau yang kemudian dinamakan Situ Gunung. Danau tersebut dialiri air dari Curug Cimanaracun.

Danau Situ Gunung kemudian menjadi tempat rekreasi keluarga Mbah Jalun beserta pengikutnya. Menurut keterangan Dadi Sunardi, warga Pasir Tugu yang bekerja sebagai staf pengelola kawasan wisata Situ Gunung, Mbah Jalun pernah berwasiat kepada keluarga dan pengikutnya, agar danau yang dibuatnya dijadikan tempat rekreasi untuk anak cucunya.

Tahun 1840 pemerintah kolonial mengetahui keberadaan danau Situ Gunung sekaligus mencium keberadaan Mbah Jalun. Setelah Mbah Jalun ditangkap dan akan dihukum gantung di daerah Cisaat (kini bangunan itu menjadi Kantor Polsek Cisaat), kawasan Situ Gunung diambil alih oleh pemerintah Kolonial untuk dijadikan tempat rekreasi noni-noni Belanda waktu itu.

Namun Mbah Jalun dapat meloloskan diri dari penjara pemerintah kolonial. Konon, Mbah Jalun meninggal di daerah Bogor namun tempat peristirahatan terakhirnya dirahasiakan. Mbah Jalun wafat dalam usia 71 tahun karena sakit. Pengelola pertama kawasan wisata alam Situ Gunung adalah M.E.G. Bartels pada tahun 1930-1942. Pada waktu itu ia menyamar jadi ahli perhutanan, padahal ia adalah seorang ahli Biologi dari Jerman. Bartels jugalah yang menemukan spesies burung Elang Jawa (Spizaitus bartelsi) untuk kali pertama. Waktu itu ia menjabat sebagai Kepala Administrateur Perhutanan dan tinggal di Desa Pasir Datar.

**

KAWASAN wisata alam Situ Gunung memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang dilindungi oleh Taman Nasional Balai Besar wilayah Sukabumi. Kekayaan flora di kawasan Situ Gunung antara lain pohon saninten, damar, rasamala, dan puspa yang menjadi flora kategori produktif. Sedangkan jenis fauna yang ada di sana antara lain menjangan, habi hutan, elang jawa, monyet/owa, dan lain-lain.

Kawasan ini dapat menjadi alternatif wisata bagi remaja dan keluarga. Selain mudah diakses, bagi wisatawan yang ingin lebih lama menikmati panorama alam di utara Sukabumi dapat memilih penginapan atau vila yang tersebar di sekitar kawasan wisata Situ Gunung dan kawasan wisata Cinumpang.

Bahkan bisa juga menginap di wisma Situ Gunung yang harganya relatif ringan. Wisma Situ Gunung berada di utara danau Situ Gunung, berjarak 500 meter dari danau. Suasana terasa begitu asri dengan pohon-pohon damar yang ada di sekelilingnya.

Pagi harinya, wisatawan dapat melihat keindahan Situ Gunung dengan duduk di bale-bale depan wisma yang menghadap ke danau. Wisatawan akan merasakan kenyamanan berwisata ala noni-noni Belanda pada akhir abad 18 di Indonesia.

Wisatawan Situ Gunung juga dapat menikmati kesejukan hutan produktif yang mengelilingi danau dengan berjalan kaki di Jogging Track. Pengunjung juga dapat menyewa rakit (perahu dari susunan bambu) atau perahu kanu dengan harga relatif murah. Pesona danau yang asri dikelilingi pepohonan besar, dahan yang merambat bak rambut tebal bisa dilihat dari tengah danau. Suasana romatis nan damai dapat dirasakan saat mengelilingi danau.

Istirahat sejenak di pinggir danau sambil menikmati kesejukan udara dan keindahan Situ Gunung juga bukan pilihan yang salah. Makan siang bersama kerabat, keluarga atau pasangan banyak dilakukan wisatawan di pinggir danau. Suasana akrab dan santai memang tujuan wisatawan dengan berkumpul sambil berbincang-bincang di sana. Masyarakat yang sering berkunjung ke danau ini menyebutnya botram, atau piknik. Artinya, makan bersama keluarga dengan menu khas Sunda dengan duduk di atas rumput beralaskan tikar.

Masyarakat di sekitar kawasan wisata banyak yang memanfaatkan waktu luang mereka dengan memancing di Situ Gunung. Berbagai jenis ikan dapat dipancing secara gratis, antara lain bawal hitam, ikan mas dan ikan lainnya dengan bobot rata-rata 2.000-1.5000 gram

Kawasan wisata Situ Gunung juga sering digunakan sebagai arena perkemahan bagi anak-anak muda yang hobi menjelajah hutan belantara. Wisatawan yang pernah berkunjung ke kawasan Situ Gunung biasanya akan datang lagi ke kawasan ini. Kebanyakan beralasan karena kawasan wisata alam Situ Gunung memberikan suasana alami. Keaslian alam di Situ Gunung diawasi oleh taman nasional sehingga sebagai sebuah ekosistem, Situ Gunung terpelihara dengan cukup baik. Itulah sebabnya kawasan wisata alam Situ Gunung tak banyak berubah dari tahun ke tahun. [Dimuat di HU Pikiran Rakyat, 10 November 2007] (Argus Firmansah/penulis/wartawan lepas tinggal di Bandung)


Read More on
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/112007/10/11pariwisata01.htm

No comments: